Minggu, 20 September 2015

Mengelola kegagalan Menjadi Dorongan Sukses

MENGELOLA KEGAGALAN Menjadi DORONGAN SUKSES

Kegagalan adalah sesuatu yang biasa, termasuk di dalam bisnis. Bahkan untuk kalangan pebisnis, kegagalan merupakan tahapan penting untuk melangkah pada tingkat kesuksesan atau kesuksesan yang lebih besar. Bahkan ada yang menyebutkan, jika berbisnis tetapi belum menemukan atau mengalami kegagalan, sesungguhnya ia belum benar-benar berbisnis.
Meski begitu, tak banyak orang yang berani menghadapi kegagalan ini dengan sikap positif. Banyak diantaranya, terutama kalangan pemuda, yang malah menjadi frustasi saat kegagalan mereka alami. Lalu bagaimana agar kita bisa menangani kegagalan dan justru mengelolanya menjadi batu pijakan untuk meraih sukses?
1. Siapkan mental untuk menghadapi kegagalan. Karena kegagalan merupakan bagian dari kesuksesan, maka kita harus siapkan diri menghadapi kegagalan. Ini artinya kita harus sudah siap mental sejak awal. Tak perlu menganggap bisnis yang baru dijalani tersebut akan sukses seratus persen tanpa ada kegagalan. Dengan sikap seperti ini kita akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan juga preventif sehingga tahu apa yang harus dilakukan jika kegagalan itu terjadi.
Karena cepat atau lambat kegagalan akan dihadapi, termasuk besar kecilnya ukuran kegagalan itu, maka lebih cepat menghadapi kegagalan, justru makin bagus, kata Ajaero Tony Martins, seorang pengusah asal Nigeria yang menulis tip bisnis. “Lebih cepat kita gagal, lebih cepat kita sukses,” kata Martins.
Menurutnya, kegagalan sumbernya bisa dari mana saja. Mungkin karena persiapan kita kurang matang. Atau mungkin karena kesalahan kita memilih partner, penguasaan kita yang kurang bagus terhadap bidang yang kita geluti, dan sebagainya. Malahan kegagalan bisa disebabkan bencana, semacam kebakaran sehingga bisnis kita benar-benar habis, atau sebab lainnya.
2.  Tanggung Jawab. Ada ungkapan menarik dari pengusaha kenamaan Ingvar Kamprad. “Hanya mereka yang tidur yang tak membuat kegagalan.” Itu artinya, setiap kali kita melakukan sesuatu, kegagalan selalu mengancam. Namun jangan berpikiran bahwa kegagalan itu sesuatu yang negatif. Jadikan sebaliknya, kata pengusaha jaringan toko retail furniture terbesar di dunia itu.
Yang harus dilakukan ketika kegagalan terjadi, jangan menimpakan kesalahan pada pihak lain. Ambillah tanggung jawab. Jika memang karena kesalahan kita, maka akuilah dengan bijak. Jika kesalahan orang lain (staf) maka beritahu untuk memperbaikinya. Tak perlu menganggap kesalahan sebagai racun yang mematikan segalanya. Yakini bahwa kesalahan itu sesuatu yang manusiawi, sehingga kita tidak akan terpuruk pada kesalahan itu dan justru terus maju untuk melangkah ke tahap berikutnya.
3.  Biarkan emosi mengalir. Ketika gagal biasanya emosi meningkat. Namun jangan terkungkung dengan perasaan mendalam. Biarkan emosi mengalir. Jika reaksi kita merasa perlu menangis, kata Martins, menangislah.” Tapi saya sarankan kalau mau menangis, pergilah ke kamar mandi dan menangislah di sana,” ujarnya. Menurutnya, saat kita menumpahkan emosi seperti itu akan menjadi sesuatu yang memorable, yang tak terlupakan, yang justru akan menjadi momen yang paling menginspirasi dalam hidup.
4.    Analisis situasi. Analisis penyebab kegagalan bisnis itu. Apa yang menyebabkan kegagalan itu, di mana letak kegagalan itu, dan sebagainya. Kita harus segera mendapat jawabannya. Jika tidak menemukan jawaban pasti, ulangi lagi telaahnya sampai ditemukan di mana letak kesalahan yang sudah terjadi.
5.  Ambillah pelajaran. Ini merupakan tahapan penting untuk mengubah suatu kegagalan menjadi kesuksesan. Kita mungkin merasa bodoh karena kehilangan bisnis yang kita jalankan. Tetapi akan menjadi lebih bodoh jika tak bisa menggunakan itu sebagai bahan pelajaran. Kegagalan ini akan menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga.
“Banyak orang yang bertanya-tanya apa yang harus dilakukan saat kita kehilangan bisnis yang kita banggakan. Tetapi, satu hal yang paling penting adalah pertanyaan ini, ‘Apa yang harus dipelajari dari kegagalan ini?,” ujar Martins. Jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, kata Martins, siap-siap saja kegagalan berikut menjemput kita. Kegagalan yang bisa kita petik pelajarannya adalah sesuatu yang bisa kita ubah jadi sukses. “Di balik setiap kesulitan pasti ada kesempatan. Jika kita meratapi kesulitan, kita akan kehilangan kesempatan,” katanya.
6.    Mengubah kegagalan. Kita mungkin menerima hujan ejekan karena kegagalan yang kita alami. Bahkan mungkin itu bukan satu-satunya kegagalan karena setelah mencoba kembali ternyata gagal lagi. Dan sudah pasti ejekan makin menumpuk. Yang penting jangan sampai menyerah. Jadikan ejekan dan kegagalan itu sebagai inspirasi atau dorongan untuk membungkam kritikan mereka.
Sesungguhnya, saat seseorang mengalami kegagalan ada dua peluang yang bisa dilakukan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi itu akan menjadi dorongan untuk melangkah ke tangga lebih tinggi, di sisi lain memompakan tenaga untuk menggali kubur sendiri, alias putus asa. Hanya kita yang menentukan mana yang akan kita pilih. Tetapi mereka yang sukses adalah yang menggunakan kegagalan itu menjadi dorongan positif untuk kembali melangkah dengan kerja lebih keras dan lebih cerdas.
Martins menggambarkan, “Kegagalan tidak membuat saya terpuruk, tetapi justru mengilhami saya untuk sukses. Kita harus berusaha menggunakan kegagalan itu secara positif,” katanya. Lalu ia mengutip kata-kata bijak seorang pengusaha Amerika keturunan Afrika, John Johnson. “Ketika saya melihat rintangan, saya menangis dan mengutuknya, tetapi kemudian saya cari tangga dan naik melewati rintangan itu”.
7.  Memulai lagi. “Membangun bisnis itu seperti membangun kapal laut, lalu menaikinya dan melayarkannya ke laut dengan bekal senjata berupa perencanaan, dan dilengkapi dengan peta, dan tim. Kita akan berlayar dengan melawan badai dan cuaca yang sulit ditebak. Jika kapal kita tenggelam, kita bisa putus asa dan mati tenggelam atau berusaha berenang kembali ke pantai untuk membangun kapal baru dan perjalanan baru,” kata Martins.
Menurut Martins, di dunia bisnis, kita belum terkalahkan sampai kita berhenti berbisnis. Karena itu, selama kita masih ada dalam permainan itu, meskipun kita menggantung di tebing dengan kedua tangan mencengkeram batu, kita masih bisa memulai bisnis baru.
Nah, apa yang akan kita pilih saat kegagalan kita alami? Kita bisa terpuruk dan memilih berhenti. Namun ada pilihan lebih menggiurkan dengan mengubah kegagalan itu menjadi dorongan untuk meraih sukses.

Sumber: Majalah Motivasi Luar Biasa, No. 40 Tahun IV, April 2012, hal. 60-61.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar