MENGELOLA KEGAGALAN Menjadi DORONGAN SUKSES
Kegagalan adalah sesuatu yang biasa, termasuk di dalam bisnis. Bahkan untuk kalangan pebisnis, kegagalan merupakan tahapan penting untuk melangkah pada tingkat kesuksesan atau kesuksesan yang lebih besar. Bahkan ada yang menyebutkan, jika berbisnis tetapi belum menemukan atau mengalami kegagalan, sesungguhnya ia belum benar-benar berbisnis.
Meski begitu, tak banyak orang
yang berani menghadapi kegagalan ini dengan sikap positif. Banyak diantaranya,
terutama kalangan pemuda, yang malah menjadi frustasi saat kegagalan mereka
alami. Lalu bagaimana agar kita bisa menangani kegagalan dan justru
mengelolanya menjadi batu pijakan untuk meraih sukses?
1. Siapkan
mental untuk menghadapi kegagalan. Karena kegagalan merupakan bagian
dari kesuksesan, maka kita harus siapkan diri menghadapi kegagalan. Ini artinya
kita harus sudah siap mental sejak awal. Tak perlu menganggap bisnis yang baru
dijalani tersebut akan sukses seratus persen tanpa ada kegagalan. Dengan sikap
seperti ini kita akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan juga preventif sehingga tahu apa yang harus
dilakukan jika kegagalan itu terjadi.
Karena cepat
atau lambat kegagalan akan dihadapi, termasuk besar kecilnya ukuran kegagalan
itu, maka lebih cepat menghadapi kegagalan, justru makin bagus, kata
Ajaero Tony Martins, seorang pengusah asal Nigeria yang menulis tip bisnis.
“Lebih cepat kita gagal, lebih cepat kita sukses,” kata Martins.
Menurutnya, kegagalan sumbernya bisa dari mana saja.
Mungkin karena persiapan kita kurang matang. Atau mungkin karena kesalahan kita
memilih partner, penguasaan kita yang
kurang bagus terhadap bidang yang kita geluti, dan sebagainya. Malahan
kegagalan bisa disebabkan bencana, semacam kebakaran sehingga bisnis kita
benar-benar habis, atau sebab lainnya.
2. Tanggung
Jawab. Ada ungkapan menarik dari pengusaha kenamaan Ingvar Kamprad.
“Hanya mereka yang tidur yang tak membuat kegagalan.” Itu artinya, setiap kali
kita melakukan sesuatu, kegagalan selalu mengancam. Namun jangan berpikiran
bahwa kegagalan itu sesuatu yang negatif. Jadikan sebaliknya, kata pengusaha
jaringan toko retail furniture
terbesar di dunia itu.
Yang harus
dilakukan ketika kegagalan terjadi, jangan menimpakan kesalahan pada pihak
lain. Ambillah tanggung jawab. Jika memang karena kesalahan kita, maka
akuilah dengan bijak. Jika kesalahan orang lain (staf) maka beritahu untuk
memperbaikinya. Tak perlu menganggap kesalahan sebagai racun yang mematikan
segalanya. Yakini bahwa kesalahan itu sesuatu yang manusiawi, sehingga kita
tidak akan terpuruk pada kesalahan itu dan justru terus maju untuk melangkah ke
tahap berikutnya.
3. Biarkan
emosi mengalir. Ketika gagal biasanya emosi meningkat. Namun jangan
terkungkung dengan perasaan mendalam. Biarkan emosi mengalir. Jika reaksi kita
merasa perlu menangis, kata Martins, menangislah.” Tapi saya sarankan kalau mau
menangis, pergilah ke kamar mandi dan menangislah di sana,” ujarnya.
Menurutnya, saat kita menumpahkan
emosi seperti itu akan menjadi sesuatu yang memorable,
yang tak terlupakan, yang justru akan menjadi momen yang paling menginspirasi
dalam hidup.
4. Analisis
situasi. Analisis penyebab kegagalan bisnis itu. Apa yang
menyebabkan kegagalan itu, di mana letak kegagalan itu, dan sebagainya. Kita
harus segera mendapat jawabannya. Jika tidak menemukan jawaban pasti, ulangi lagi telaahnya sampai ditemukan
di mana letak kesalahan yang sudah terjadi.
5. Ambillah
pelajaran. Ini merupakan tahapan penting untuk mengubah suatu
kegagalan menjadi kesuksesan. Kita mungkin merasa bodoh karena kehilangan
bisnis yang kita jalankan. Tetapi akan menjadi lebih bodoh jika tak bisa
menggunakan itu sebagai bahan pelajaran. Kegagalan ini akan menjadi bahan
pelajaran yang sangat berharga.
“Banyak orang yang bertanya-tanya apa yang harus
dilakukan saat kita kehilangan bisnis yang kita banggakan. Tetapi, satu hal
yang paling penting adalah pertanyaan ini, ‘Apa yang harus dipelajari dari
kegagalan ini?,” ujar Martins. Jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan
tersebut, kata Martins, siap-siap saja kegagalan berikut menjemput kita. Kegagalan
yang bisa kita petik pelajarannya adalah sesuatu yang bisa kita ubah jadi
sukses. “Di balik setiap kesulitan
pasti ada kesempatan. Jika kita meratapi kesulitan, kita akan kehilangan
kesempatan,” katanya.
6. Mengubah
kegagalan. Kita mungkin menerima hujan ejekan karena kegagalan yang
kita alami. Bahkan mungkin itu bukan satu-satunya kegagalan karena setelah
mencoba kembali ternyata gagal lagi. Dan sudah pasti ejekan makin menumpuk.
Yang penting jangan sampai menyerah. Jadikan ejekan dan kegagalan itu sebagai
inspirasi atau dorongan untuk membungkam kritikan mereka.
Sesungguhnya, saat seseorang mengalami kegagalan ada
dua peluang yang bisa dilakukan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi itu
akan menjadi dorongan untuk melangkah ke tangga lebih tinggi, di sisi lain
memompakan tenaga untuk menggali kubur sendiri, alias putus asa. Hanya kita
yang menentukan mana yang akan kita pilih. Tetapi
mereka yang sukses adalah yang menggunakan kegagalan itu menjadi dorongan
positif untuk kembali melangkah dengan kerja lebih keras dan lebih cerdas.
Martins menggambarkan, “Kegagalan tidak membuat saya
terpuruk, tetapi justru mengilhami saya untuk sukses. Kita harus berusaha
menggunakan kegagalan itu secara positif,” katanya. Lalu ia mengutip kata-kata
bijak seorang pengusaha Amerika keturunan Afrika, John Johnson. “Ketika saya melihat rintangan, saya
menangis dan mengutuknya, tetapi kemudian saya cari tangga dan naik melewati
rintangan itu”.
7. Memulai
lagi. “Membangun bisnis
itu seperti membangun kapal laut, lalu menaikinya dan melayarkannya ke laut
dengan bekal senjata berupa perencanaan, dan dilengkapi dengan peta, dan tim.
Kita akan berlayar dengan melawan badai dan cuaca yang sulit ditebak. Jika
kapal kita tenggelam, kita bisa putus asa dan mati tenggelam atau berusaha
berenang kembali ke pantai untuk membangun kapal baru dan perjalanan baru,”
kata Martins.
Menurut Martins, di dunia bisnis, kita belum
terkalahkan sampai kita berhenti berbisnis. Karena itu, selama kita masih ada
dalam permainan itu, meskipun kita menggantung di tebing dengan kedua tangan
mencengkeram batu, kita masih bisa memulai bisnis baru.
Nah, apa yang akan kita pilih saat kegagalan kita
alami? Kita bisa terpuruk dan memilih berhenti. Namun ada pilihan lebih
menggiurkan dengan mengubah kegagalan itu menjadi dorongan untuk meraih sukses.
Sumber: Majalah Motivasi Luar Biasa, No. 40 Tahun IV, April
2012, hal. 60-61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar